SEMARANG, - Lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengembangkan prototipe alat pengidentifikasi beban angkutan barang yang terintegrasi ke jembatan timbang. Mereka adalah Gilang Yurista Nugraha dari Sistem komputer, Rofiq Cahyo Prayogo dari Teknik Elektro, Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri dari Teknik Geodesi, Ismulia Nur Berlian Teknik Perencanaan wilayah dan Kota, Rio Julian Azis Pratama dari Sistem Komputer bersama dosen pembimbing Eko Didik Widianto. Saat ini, mereka tengah pada tahap penyempurnaan prototipe dan pada tanggal 17-18 Juli 2017 akan dilakukan Monitoring dan Evaluasi oleh DIKTI.
Melalui program kreativitas mahasiswa mereka mencoba mengembangkan sistem monitoring beban angkutan barang untuk mencegah kelebihan muatan dan pungutan liar pada jembatan timbang berbasis SMS kontroler dan mikrokontroler yang diberi nama Smart Weigh Identification System Of Freight Transport (SWIFT)
Ismulia menjelaskan secara umum, komponen SWIFT terdiri dari Mikrokontroler Arduino Mega sebagai kontroler prosesor sistem, SMS Controller SIM 900 sebagai modul pengiriman informasi melewati SMS, Loadcell sebagai sensor berat, LCD 20×4 sebagai tampilan output data, kartu RFID sebagai kartu identitas masing-masing truk, dan NodeMCU ESP8266 sebagai modul yang menghubungkan dengan sistem informasi global dari internet.
“Proses sistem informasi untuk monitoring jembatan timbang pertama kalinya menganalisa dulu perlu mencantumkan apa saja yang dalam sistem informasi tersebut dari menu, tampilan, dan lain-lain. Setelah itu memasukkan pada sebuah website agar integrasi jadi lebih mudah. Proses selanjutnya perancangan sistem informasi online untuk monitoring jembatan timbang dilakukan memasukkan pada sebuah website agar terintegrasi antar jembatan timbang jadi lebih mudah,” katanya, Senin (10/7).
Pengintegrasian secara online ini, lanjutnya untuk mencegah terjadinya pemalsuan data karena data yang masuk tidak dapat diedit atau dimanipulasi oleh petugas jembatan timbang karena data langsung terupload pada web server dan hanya dapat diubah apabila melakukan penimbangan ulang. Lalu setelah data timbangan dan data truk tersimpan pada sistem informasi yang berada pada kartu RFID nantinya akan terbaca pada scanner RFID di jembatan timbang sehingga truk dan beban truk dapat teridentifikasi
“Nanti di perjalanan kartu RFID terbaca maka di sistem informasi akan memperbarui lokasi yang truk lewati dan teridentifikasi sampai tujuan akhir perjalanan. Lokasi truk dapat jadi acuan analisa juga untuk bahan evaluasi apakah truk berlaku curang di jalan atau tidak,” katanya.
Saat sampai di jembatan timbang truk akan ditimbang yang dilengkapi sistem portal, pembatas muatan, dan perangkat identifikasi truk yang berbasis SMS kontroler dan mikrokontroler. Apabila beban melebihi ambang batas, maka palang pintu akan tetap tertutup. Hasil kelebihan akan digudangkan dan akan mengirimkan notifikasi ke perusahaan pemilik truk untuk selanjutnya akan diambil sesuai batas maksimal yang ditentukan dan akan langsung menindaklanjuti sesuai undang-undang yang berlaku.
“Kita berharap dengan adanya pengembangan alat SWIFT ini dapat diterapkan oleh Kementerian dan Dinas Perhubungan sehingga dapat memecahkan masalah pada jembatan timbang,” pungkasnya.
Sumber:suaramerdeka.com